Monumen yang
menggambarkan perjalanan sejarah dari masa Prasejarah (300.000 SM) sampai masa
mengisi kemerdekaan (1950-1975) lebih dikenal dengan sebutan “BAJRA SANDHI”,
karena bentuknya yang menyerupai Bajra atau
Genta yang digunakan oleh para
pendeta hindu dalam merapalkan Weda
(mantra) pada upacara-upacara keagamanaan.
menurut khabarnya,monumen ini mulai dibangun pada tahun 1987 tapi baru diresmikan oleh ibu Megawati soekarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003 yang pada masa itu beliu sedang manjabat sebagai kepala Negara Kesatuan Republik Indonesia.
menurut khabarnya,monumen ini mulai dibangun pada tahun 1987 tapi baru diresmikan oleh ibu Megawati soekarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003 yang pada masa itu beliu sedang manjabat sebagai kepala Negara Kesatuan Republik Indonesia.
sedangkan wujud fisik
bangunan monument ini sangat kental dengan makna falsafah agama Hindu,yakni LINGGA-YONI . monument sebagai lambing LINGGA sedangkan dasar bangungan sebagai YONI( untuk lebih jelas mengenai LINGGA-YONI,silahkan baca
disini).disamping Lingga-Yoni,monument ini juga menceritakan cerita Pemutaran Mandhara
Giri(gunung Mandhara) di Ksirarnawa (Lautan susu) yang diambil dari petikan Adi
Parwa, sebelumnya kita simak terlebih dahulu dimanakah letak-letak atau
bentuk-bentuk yang
merupakan simbol dari cerita pemutaran gunung tersebut :
merupakan simbol dari cerita pemutaran gunung tersebut :
-. Guci
Amertha,terdapat dibagian atas monument yang berbentuk seperti periuk.
-.Ekor
Naga Basuki,terwujudkan dekat Swamba dan kepalanya pada Kori Agung.
-.Badan
Bedawang Akupa,diwujudkan pada landasan monument,kepalanya pada Kori Agung.
-.Gunung
Mendara Giri, diwujudkan dengan monument yang menjulang tinggi.
-.Kolam
mengelilingi monument,diibaratkan sebagai Ksirarnawa(lautan susu).
Sedangkan
ceritanya adalah sebagai berikut :
diceritakan pada masa dahulu kala,para Dewa dan Daitya mencari Tirtha Amertha(air kehidupan abadi) dengan jalan memutar gunung Mandhara (Mandhara Giri) dilautan susu (Ksirarnawa).yang digunakan untuk mengikat & memutar gunung tersebut atau sebagai talinya iyalah Naga Basuki,pada saat memutar gunung,para dewa memegang ekor sang Naga & para Daitya memegang bagian dekat kepala sang Naga.untuk menjaga agar gunung tidak tenggelam maka disanggalah oleh seekor penyu raksasa bernama Akupa & agar supaya gunung tetap seimbang (tidak goyang) pada bagian atas diduduki oleh Dewa Siwa,setelah bekerja keras memutar gunung Mandhara,maka berturut-turut keluarlah Ardha Chandra (bulan sabit),Dewi Sri & Laksmi,Kuda Ucaisrawah (kuda terbang),Kastuba Mani(pohon kebahagiaan) dan yang terakhir keluarlah Dewi Danuantri membawa Tirtha Amertha.
diceritakan pada masa dahulu kala,para Dewa dan Daitya mencari Tirtha Amertha(air kehidupan abadi) dengan jalan memutar gunung Mandhara (Mandhara Giri) dilautan susu (Ksirarnawa).yang digunakan untuk mengikat & memutar gunung tersebut atau sebagai talinya iyalah Naga Basuki,pada saat memutar gunung,para dewa memegang ekor sang Naga & para Daitya memegang bagian dekat kepala sang Naga.untuk menjaga agar gunung tidak tenggelam maka disanggalah oleh seekor penyu raksasa bernama Akupa & agar supaya gunung tetap seimbang (tidak goyang) pada bagian atas diduduki oleh Dewa Siwa,setelah bekerja keras memutar gunung Mandhara,maka berturut-turut keluarlah Ardha Chandra (bulan sabit),Dewi Sri & Laksmi,Kuda Ucaisrawah (kuda terbang),Kastuba Mani(pohon kebahagiaan) dan yang terakhir keluarlah Dewi Danuantri membawa Tirtha Amertha.
Kalau kita perhatikan makna dari
carita diatas yang juga merupakan makna dari bangunan monument tersebut adalah “dengan bekerja keras & semangat pantang
menyerah maka kita akan mendapat hasil yang sempurna”.
Apabila
ditinjau dari arsitektur traditional Bali bangunan monument ini mempunyai
konsep TRI MANDALA, mungkin untuk penjelasan apa itu Tri Mandala akan kita
post-kan diberikutnya..